HUBUNGAN ISLAM DAN SAINS

0 komentar


Agama Islam bersumber dari al-Qur’an dan Hadits. Kedua kitab suci yang ditinggalkan Rasulullah SAW menjamin manusia selalu pada jalan yang lurus sesuai petunjuk Allah dan Rasul. Siapa yang mampu bertahan di jalan Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi semua laranganNya, maka pasti orang tersebut akan selamat bahkan memperoleh bahagia di dunia dan akhirat. Jika ia seorang ilmuwan (dosen atau guru) yang ikhlas mengamalkan ilmunya, pandai beramal shaleh(sedekah), dan senantiasa taqarrub kepada Allah (shalat tahajud, mengeluarkan zakat),maka tempatnya pasti diangkat derajatnya disisi Allah. Dengan bekal ketundukan yang sempurna kepada sang Pencipta, maka seorang pendidik atau pembelajar (guru) selayaknya membeikan kontribusi nyata untuk mewariskan segala kelebihan dan keistimewaan kepada generasi Muslim berikutnya. Tentunya, cara mewariskan ilmu pengetahuan kepada peserta didik atau peserta belajar (siswa) harus disesuaikan tuntutan zaman, dimana zaman yang akan dihadapi oleh generasi tersebut.Berkaitan dengan perbedaan zaman yang tengah dihadapi sang guru dengan murid,mengingatkan kita semua sebagai pendidik dan pembelajar bahwa ada dua dimensi yang akan diperoleh oleh peserta belajar. Pertama, dimensi jangka pendek di mana materi tertentu dapat diterapkan langsung oleh murid seperti; puasa, shalat, adab bersuci, tatakrama dengan semua pihak. Kedua, dimensi jangka panjang di mana materi diterima sebagai informasi dan akan diterapkan pada saat mereka mencapai umur sempurna (balig atau sudah kawin); seperti materi; haji, nikah, kepemimpinan dalam keluarga danmasyarakat. Karena itu, materi pembelajaran agama yang bersifat normatif dan prakatis yang akan diterapkan dalam beberapa tahun kemudian, para pendidik (pembelajar) menampilkan dengan strategi yang mengundang mereka berpikir jauh ke depan seperti; metode pemecahan masalah, dan studi kritis. Ali bin Abi Thalib mengingatkan kita untuk  
senantiasa mengajarkan kepada generasi penerus materi jangka panjang yaitu materi kira-kira 20GB tahun kemudian baru mereka amalkan. Bagi kita sebagai pembelajar, maka penyesuaian materi sesuai tuntutan zaman yang akan dihadapi para murid menjadi pertimbangan utama sebab jika tidak ada penyesuaian dikhwatirkan materi sia-sia dan tidak manfaat sama sekali. Dalam hal ini peran guru sebagai pendesain materi pembelajaran yang memiliki visi jauh ke depan memiliki bobot nilai tertinggimanfaatnya bagi peserta belajar.

STRATEGI PENGEMBANGAN SAINS - TEKNOLOGI DI DUNIA ISLAM MASA KINI DAN MENDATANG

0 komentar


Berbicara  mengenai strategi pengembangan saintek didalam islam memunculkan suatu paradigma baru. paradigma yang dimaksud adalah cara pandang seseorang dalam sains dan teknologi yang erat kaitannya dengan  islam sehingga paradigma tersebut menyatukan sains sebagai bagian dari agama, begitupun sebaliknya.

Sains yang telah berelasi dengan agama menjadikan sains bagian dari studi islam yang terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya :
1. Ontologi,
2. Epistemologi, dan
3. Aksiologi

PARADIGMA SAINS DAN AGAMA

0 komentar



Berbicara mengenai Paradigma sains dan agama atau yang biasa disebut sebagai relasi antara sains dan agama sangat riskan sekali di kalangan dunia barat. tetapi hal ini berdampak positif bagi kemajuan sains dan teknologi di dunia Barat khususnya kaum muslimin. hingga timbul sebuah kontroversi bagi sebagian kalangan..
Nah, bagaimanakah liku-liku paradigma sains dan agama akan saya paparkan sedikit yang saya ambil dari beberapa sumber.

PENERAPAN SAINS DAN AGAMA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

0 komentar


Pendidikan Karakter merupakan salah satu kunci utama menentukan tercapainya kesejahteraan hidup baik untuk diri sendiri, lingkungan maupun suatu bangsa. Bangsa yang baik terlihat dari karakter masyarakat yang baik. Pendidikan karakter tentunya di lakukan di dalam lingkungan individu yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sehingga guru memiliki peranan penting untuk membentuk suatu karakter individu.
        Untuk itu diperlukan pendidikan bagi individu di bidang agama, sosial, budaya dalam penerapan konsep SAINS dan Tekhnologi. Sehingga, seiring dengan berkembangnya era globalisasi, individu akan tebiasa dengan nilai-nilai moral yang terkait dalam konsep ilmu pengetahuan salah satunya Sains ( Ilmu Pengetahuan Alam ).        
         Sains tidak hanya untuk dipelajari saja , atau hanya jadi ilmu terapan dengan rumus dan perhitungan tapi bagaimana kita sebagai pendidik berusaha menanamkan nilai-nilai konsep yang terkandung dalam konsep Sains itu sendiri dalam nilai-nilai kehidupan. Hal ini penting untuk memperoleh kejelasan agar  pendidikan karakter  tidak terjebak  pada ranah kognitif kembali, atau pada ukuran normatif saja bahkan hanya tercantum dalam RPP atau Silabus berkarakter yang saat ini sedang hangat dibicarakan.
          Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS. As-Shod ayat 27).
Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi, ini  manusia harus meyadari terhadap tujuan hidupnya. Dalam konteks ini, al-Qur’an menjelaskan, bahwa manusia memiliki bebrapa tujuan hidup setiap yang Allah ciptakan pastilah memiliki fungsi dan nilai termasuk Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Di dalam kita suci Al-Qur’an pun sebenarnya sangat banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan Sains tinggal bagaimana kita sebagai pendidik bisa mengembangkannya dalam pembelajaran. Dari situ kita dapat mengembangkan bagaimana keterkaitan penerapan "Sains dan Agama dalam Pendidikan Karakter".

TIPOLOGI HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS

0 komentar

Pendahuluan

Isu hubungan agama dan sains tidak selalu di isi dengan pertentangn dan ketidaksesuain. banyak kalangan yang berusaha mencari sisi positif hubungan antar keduanya. Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi).
Diakhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Baraat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). Diskusi dimulai oleh ian G. Barbour yang mengemukaan teori "Empat Tipologi Hubungan Sains dan Agama" yakni :
- Tipologi Konflik
- Tipologi Independensi
- Tipologi Dialog
- Tipologi Integrasi

HISTORISITAS/SEJARAH HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS

0 komentar

1. Pola Konflik Agama dan Sains

2. Konflik Antara Agama dan Sains


Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad ke-15M, ketika Galileo menentang paham Geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen) bahwa bumi merupakan pusat edar tata surya.

Ketaksesuaian  agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton/masa sains modern).

 
  • I.S.I.C. SUKA-KU © 2012 | Designed by Fandy Zelbestzer Aegelweard, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes